January 28, 2013

Kemiskinan yang dijalani dengan tepat akan mematangkan jiwa.


Dahlan Iskan  tumbuh remaja di lingkungan pedesaan dangan kondisi serba kekurangan. Lahir sebagai anak ke 3 dari ke 4 bersaudara di Magetan, Jawa Timur. Sayangnya orangtua beliau tidak mengingat tanggal berapa beliau dilahirkan. Alhasil,  Ayah dari Azrul Ananda dan Isna Fitriana memilih tanggal 17 Agustus adalah hari kelahiran beliau. Dengan alasan mudah di ingat, karena bertepatan dengan peringatan kemerdekaan Republik Indonesia. 
Beliau pernah menjadi calon reporter sebuah surat kabar kecil di Samarinda, Kalimantan Timur pada tahun 1975. Di angkat menjadi wartawan majalah Tempo tahun 1976. Terhitung pada tahun 1982. Beliau merupakan CEO surat kabar Jawa Pos dan Jawa Pos News Network, yang bermarkas di Surabaya. Pada tahun 1997 ia berhasil mendirikan Graha Pena, salah satu gedung pencakar langit di Surabaya, dan kemudian gedung serupa pun ada di Jakarta.
Dahlan Iskan adalah sosok yang menjadikan Jawa Pos yang waktu itu hampir mati dengan oplah 6.000 ekslempar, tetapi dalam waktu 5 tahun menjadi surat kabar dengan oplah 300.000 eksemplar. Lima tahun kemudian, terbentuklah Jawa Pos News Network (JPNN), salah satu jaringan surat kabar terbesar di Indonesia, dimana memiliki lebih dari 80 surat kabar, tabloid, dan majalah, serta 40 jaringan percetakan di Indonesia. Pada tahun 2002, ia mendirikan stasiun televisi lokal JTV di Surabaya, yang kemudian diikuti Batam TV di Batam dan Riau TV di Pekanbaru. Sejak awal 2009, Dahlan adalah sebagai Komisaris PT. Fangbian Iskan Corporindo (FIC) yang akan memulai pembangunan Sambungan Komunikasi Kabel Laut (SKKL) pertengahan tahun ini. SKKL ini akan menghubungkan Surabaya di Indonesia dan Hong Kong. Dengan panjang serat optik 4.300 kilometer

Bahkan, beberapa kalangan menilai Grup Jawa Pos menggurita karena sikap one man show Dahlan. Toh, kalangan dekatnya justru mengaku banyak melihat keteladanan yang begitu nyata diperlihatkan beliau dalam keseharian. Apa saja itu? Beliau yang sudah lama tak berkantor di Graha Pena. Namun, semangat, disiplin, kerja keras, kesederhanaan yang dimiliki Dahlan tertancap kuat di seantero kantor Jawa Pos yang membentang dari Sabang sampai Merauke. Jejak keberhasilan Dahlan bukan saja terukir dari pencapaian Jawa Pos yang menjelma menjadi konglomerasi bisnis media.
Direktur Utama PLN pernah di duduki beliau pada 23 Desember 2009. Pada 19 Oktober 2011, berkaitan dengan reshuffle Kabinet Indonesia Bersatu II, Dahlan Iskan diangkat sebagai Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara menggantikan Mustafa Abubakar yang sedang sakit.

Dahlan Iskan pernah menjalani transpalantasi liver sebelum menjabat sebagai Direktur utama PLN. Beliau juga pernah menceritakan sepenggal kisahnya saat beliau sedang sakit, “Ganti Hati” (catatan tersebut dapat dibaca di Pengalaman Pribadi Menjalani Tranplantasi Liver) terbit pada tahun 2008. Penyakit ini telah merenggut paman (adik dari ibunya), Ibu terkasih, dan juga kakaknya, Atun dalam keadaan serba kekurangan. Saat ini, kisahnya hidupnya menjadi tempat mencari penghasilan, meski pro dan kontra selalu menghujam dirinya yang frontal. Salah satunya bagi Khrisna Pabichara. Dalam trilogi novel yang berjudul “Sepatu Dahlan” dan terbit bulan Mei 2012. Novel yang mengisahkan bocah miskin asal Kebon Dalem, Jawa Timur, berpeluh untuk mewujudkan mimpinya, yang semula sangat sederhana untuk ukuran sebagian besar anak Indonesia saat ini, sepasang sepatu dan sepeda. Perih di perut karena menahan lapar sudah biasa baginya dan adiknya, Zain. Jika melilitkan sarung dengan kencang dan mengikat erat ke perutnya, maka perih diperut akan terlupakan. Buku ini menyadarkan pembaca bahwa kemiskinan bukanlah akhir dari segala-galanya. Seperti yang dipetuahkan ayah Dahlan Iskan kecil, bahwa “Kemiskinan yang dijalani dengan tepat akan mematangkan jiwa”. Kematangan jiwa Dahlan Iskan kecil itulah yang kini menghantarnya hingga bisa menjadi seorang menteri yang kharismatik.
Suami terkasih dari Ibu Nafsiah Sabri, Dahlan Iskan sudah terbiasa bekerja keras sejak kecil. Dari ngangon domba, nguli nyeset hingga menjadi pelatih tim Voli anak orang kaya saat beliau masih bersekolah. Dengan melatih Voli, Beliau bahagia bukan main saat menggapai impian masa kecilnya, sepatu dan sepeda. Beliau menyicil sepeda bekas sahabatnya, Arif. Membeli 2 pasang sepatu bekas untuk dirinya dan adik nya.

Meskipun banyak yang terdecak kagum pada sosok berkharismatik ini, banyak juga yang menghujatnya. Kabarnya beliau membuat pencitraan untuk pemilu 2014. Tetapi keberhasilan Dahlan Iskan dinilai banyak kalangan, karena beliau memiliki keberanian mengambil risiko yang terukur dan kerja keras, serta kepiawaian membaca peluang. Dan, Dahlan konsisten dengan sikapnya. Tak ada yang berubah dari seorang Dahlan. Yang berubah hanya keuangannya. Dulu, beliau adalah bocah miskin yang tak mampu membeli alas kakinya. Meski kini, telah di elu-elukan untuk menjadi calon presiden di tahun 2014, sepatu kets masih menjadi andalannya. Beliau mewariskan wisdom strategi bisnisnya sehingga GJP tetap melaju kencang kepada anak sulungnya Azrul Ananda. Sementara adik Azrul Ananda, Isna Fitriana lebih nyaman dengan butik yang di tekuninya.



No comments:

Post a Comment